Cerita Segelas Air dan Beban Hidup
Terkadang, manusia
merasa hidupnya penuh dengan beban. Saya, kamu, dan teman-teman kita kadang
berpikir beban hidup ini lebih besar dari kemampuan kita untuk mengatasinya.
Kadang terasa berat sekali sampai-sampai cerah mentari tidak mampu mencerahi
relung hati. Pundak seakan berat, hati terasa galau, pikiran semrawut.
Hidup ini memang
anugerah Allah SWT. Manusia hidup di bumi diperintahkan Allah sebagai kholifatu
fil ardh. Dengan tugas seperti itu, manusia diberikan kemampuan akal, yang
tidak dimiliki makhluk lain. Jadi walau tanggung jawabnya besar, manusia diberi
kemampuan yang besar pula. Meskipun demikian, ada hari-hari dimana manusia
merasa hidupnya penuh dengan beban.
Lalu bagaimanakah kita
menghadapi beban hidup itu? Apakah beban hidup yang menggelayuti kita memang
beratnya seberat bumi berikut isinya? Sekarang coba kita simak kisah sederhana
terkait tenatnag cerita segelas air dan beban hidup berikut ini:
Kisah
Segelas Air dan Beban Hidup
Pada suatu kuliah
tentang manajemen stress, seorang guru bertanya kepada muridnya. Sambil ia
mengangkat gelas berisi air yang ada di mejanya, ia berkata “Menurut kalian,
kira-kira berapa berat segelas air ini?”. Para murid diam sejenak, mencoba
mencerna pertanyaan si guru. Tapi kemudian jawaban dari para muridpun meluncur.
Jawabannya sangat beragam, ada yang menjawab 200, ada pula yang menebak 500
gram.
Kemudian, sang gurupun
melanjutkan perkataannya, yang ternyata membuat seluruh kelas berpikir
“Sesungguhnya yang menjadi masalah bukanlah berat absolutnya. Tetapi berapa
lama kalian memegangnya,”. Sang guru melanjutkan “Jika saya memegangnya selama
satu menit, tidak ada masalah, ini hal yang enteng. Jika saya memegangnya
selama satu jam, maka lengan kanan saya akan mulai terasa pegal. Dan jika saya
memegangnya selama satu hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans
untuk saya,” lanjutnya.
Sang guru ingin
mengajarkan pada muridnya, bahwa bisa suatu beban hidup, bisa jadi sama saja
antara satu orang dengan orang lain, antara satu situasi dengan situasi lain.
Yang membedakannya adalah seberapa lama beban itu dipanggul terus. Jika kamu
memanggul beban hidupmu dalam waktu yang lama, maka lama kelamaan akan terasa
semakin berat. Kalau dipanggul lebih lama lagi, lambat laun kamu tidak akan
mampu membawanya lagi.
Meletakan
Sejenak Beban Hidup
Yang seharusnya kamu
lakukan adalah meletakkan gelas tersebut walau sejenak. Beristirahatlah sebelum
kemudian mengangkatnya lagi. Begitu juga dengan beban hidupmu, taruhlah barang
sejenak di tempat sujudmu, di dalam doamu, atau dipelukan pasanganmu.
Renggangkan otot-ototmu sejenak, buat rileks, untuk kemudian dipanggul lagi
untuk diselesaikan sampai tuntas.
Buat mereka yang
memiliki beban pekerjaan di kantor, janganlah dibawa pulang ke rumah. Tugas kantornya
mungkin tidak dibawa pulang, tapi kepikirannya kadang sering ikut ke rumah.
Jika itu terjadi, taruh saja seluruh pikiran anda tentang kantor di meja kantor
anda, dan jangan di bawa pulang ke rumah. Karena di rumah adalah saatnya anda
melepas penat beban hidup bersama keluarga tercinta.
Apapun beban hidup yang
ada di pundak kamu hari ini, coba taruhlah sejenak. Beristirahatlah sejenak,.
Ambil jeda. Bernapaslah yang dalam. Kemudian nanti anda ambil lagi. Hidup ini
sangat singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. Hal terindah dan
terbaik di dunia ini tak dapat dilihat atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh
di dalam hati kita.
Bukankah Allah telah
menyediakan tempat-tempat beristirahat bagi kita semua sehari minimal ada 5
waktu. Bahkan di waktu Dhuha dikasih tempat istirahat lagi. Tidak cuma itu,
bahkan di tengah malam, ketika orang-orang disekitarmu terlelap tidur, Dia
hadir untuk menjadi tempat curhatmu. Kamu bisa taruh seluruh beban hidupmu di
depan tempat sujudmu.
Berceritalah jujur padaNya.
Ungkapkanlah seluruh beban hidup yang menggelayuti hatimu. Masalah ujian
nasional, masalah dengan teman, masalah dengan pasangan, masalah dengan si bos,
masalah dengan karyawan, masalah dagangan yang tidak kunjung laku, masalah
dengan anak, masalah dengan orang tua, masalah rezeki, semuanya, taruhlah dulu
sejenak di dalam doamu padaNya.
Ingat, beban hidup bisa
jadi beratnya tetap, ya segitu-segitu saja. Tapi jika beban itu terlalu lama
diangkat, maka lama-kelamaan kita akan jadi lelah juga. Taruh dan sandarkanlah
sejenak beban itu. Taruh itu di sebuah sandaran yang Maha Kuat. Sandarkan itu
pada Dia yang Maha Besar. Tarik nafas yang dalam. Mulailah rasakan kenikmatan
hidup dariNya. Bersyukurlah. Dan ingatlah, tidak ada beban yang diturunkan
Allah pada kita yang tidak bisa kita tanggung. Allah menurunkan masalah bersama
dengan solusi. Yakini itu, bahwa setiap masalah insya Allah bisa kita pecahkan.
Beban Hidup
dan Energi
Jika kita perhatikan,
setiap kita melakukan sesuatu maka kita membutuhkan energi. Kita bergerak, kita
butuh energi. Kita tertawa butuh energi. Menangispun kita butuh energi. Bahkan
kegiatan yang mengumpulkan energi seperti makan saja, kita butuh energi. Pernah
lihat orang diinfus? itu adalah contoh orang yang untuk mengasup energi untuk
badan, ia sudah tidak ada tenaga lagi.
Selain energi fisik,
juga terdapat energi mental. Kedua energi ini haruslah seiring sejalan ada
ketika kita menjalani hidup kita ini. Orang yang kekurangan energi fisik,
terkadang energi mental nya bisa berkurang juga. Begitu pula sebaliknya, orang
yang kekurangan energi mental, terkuras pula energi fisiknya.
Dalam menggunakan
energi, perlu dipastikan, energi keluar secara tepat guna. Jangan sampai energi
keluar dihambur-hamburkan ke tempat yang tidak semestinya. Jika kamu ditugaskan
untuk berlari sprint 100 meter, maka kamu hanya perlu menghabiskan energi untuk
berlari, jangan dihabiskan untuk roll depan, atau koprol di sepanjang lintasan
lari.
Gunakan energi dengan
semestinya dan tepat guna. Jika dalam perumpaan energi fisik demikian, maka
sama juga dengan energi mental. Jika kita tahu ada beban hidup yang ditanggung
dan harus ditunaikan, janganlah kemudian kita mengambil beban-beban yang tidak
perlu. Mengambil beban yang tidak perlu itu akan menguras energi mental kita
sehingga terbuang tenaga untuk kesia-siaan.
Iri hati, dengki, dendam
adalah contoh dari beban sampah yang tidak perlu ada untuk kita tanggung.
Merasa terganggu dengan kesuksesan orang lain, merasa tidak senang jika orang
lain senang, merasa susah dikala orang berhasil, itu adalah contoh beban hidup
yang sebenarnya tidak pantas dijadikan beban hidup.
Kalau muncul energi
negatif dalam diri kita, harus segera kita buang jauh-jauh. Kalau ada beban
sampah yang tidak perlu, maka harus kita abaikan. Fokuslah pada apa yang
menjadi tugas tanggung jawab kita. Fokuslah pada apa yang menjadi masalah utama
kita.
Lihatlah sebuah paku, ia
memiliki ujung yang tajam, ujung yang fokus, sehingga bisa menembus tembok.
Sama dengan diri kita, kita harus fokuskan energi positif kita, untuk menembus
beban hidup yang harus kita selesaikan.
Gunakan energi dengan
tepat untuk beban hidup yang tepat pula.
No comments:
Post a Comment