Sunday, October 30, 2016

Cerita Segelas Air dan Beban Hidup



Cerita Segelas Air dan Beban Hidup
Terkadang, manusia merasa hidupnya penuh dengan beban. Saya, kamu, dan teman-teman kita kadang berpikir beban hidup ini lebih besar dari kemampuan kita untuk mengatasinya. Kadang terasa berat sekali sampai-sampai cerah mentari tidak mampu mencerahi relung hati. Pundak seakan berat, hati terasa galau, pikiran semrawut.
Hidup ini memang anugerah Allah SWT. Manusia hidup di bumi diperintahkan Allah sebagai kholifatu fil ardh. Dengan tugas seperti itu, manusia diberikan kemampuan akal, yang tidak dimiliki makhluk lain. Jadi walau tanggung jawabnya besar, manusia diberi kemampuan yang besar pula. Meskipun demikian, ada hari-hari dimana manusia merasa hidupnya penuh dengan beban.
Lalu bagaimanakah kita menghadapi beban hidup itu? Apakah beban hidup yang menggelayuti kita memang beratnya seberat bumi berikut isinya? Sekarang coba kita simak kisah sederhana terkait tenatnag cerita segelas air dan beban hidup berikut ini:
Kisah Segelas Air dan Beban Hidup
Pada suatu kuliah tentang manajemen stress, seorang guru bertanya kepada muridnya. Sambil ia mengangkat gelas berisi air yang ada di mejanya, ia berkata “Menurut kalian, kira-kira berapa berat segelas air ini?”. Para murid diam sejenak, mencoba mencerna pertanyaan si guru. Tapi kemudian jawaban dari para muridpun meluncur. Jawabannya sangat beragam, ada yang menjawab 200, ada pula yang menebak 500 gram.
Kemudian, sang gurupun melanjutkan perkataannya, yang ternyata membuat seluruh kelas berpikir “Sesungguhnya yang menjadi masalah bukanlah berat absolutnya. Tetapi berapa lama kalian memegangnya,”. Sang guru melanjutkan “Jika saya memegangnya selama satu menit, tidak ada masalah, ini hal yang enteng. Jika saya memegangnya selama satu jam, maka lengan kanan saya akan mulai terasa pegal. Dan jika saya memegangnya selama satu hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya,” lanjutnya.
Sang guru ingin mengajarkan pada muridnya, bahwa bisa suatu beban hidup, bisa jadi sama saja antara satu orang dengan orang lain, antara satu situasi dengan situasi lain. Yang membedakannya adalah seberapa lama beban itu dipanggul terus. Jika kamu memanggul beban hidupmu dalam waktu yang lama, maka lama kelamaan akan terasa semakin berat. Kalau dipanggul lebih lama lagi, lambat laun kamu tidak akan mampu membawanya lagi.
Meletakan Sejenak Beban Hidup
Yang seharusnya kamu lakukan adalah meletakkan gelas tersebut walau sejenak. Beristirahatlah sebelum kemudian mengangkatnya lagi. Begitu juga dengan beban hidupmu, taruhlah barang sejenak di tempat sujudmu, di dalam doamu, atau dipelukan pasanganmu. Renggangkan otot-ototmu sejenak, buat rileks, untuk kemudian dipanggul lagi untuk diselesaikan sampai tuntas.
Buat mereka yang memiliki beban pekerjaan di kantor, janganlah dibawa pulang ke rumah. Tugas kantornya mungkin tidak dibawa pulang, tapi kepikirannya kadang sering ikut ke rumah. Jika itu terjadi, taruh saja seluruh pikiran anda tentang kantor di meja kantor anda, dan jangan di bawa pulang ke rumah. Karena di rumah adalah saatnya anda melepas penat beban hidup bersama keluarga tercinta.
Apapun beban hidup yang ada di pundak kamu hari ini, coba taruhlah sejenak. Beristirahatlah sejenak,. Ambil jeda. Bernapaslah yang dalam. Kemudian nanti anda ambil lagi. Hidup ini sangat singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di dalam hati kita.
Bukankah Allah telah menyediakan tempat-tempat beristirahat bagi kita semua sehari minimal ada 5 waktu. Bahkan di waktu Dhuha dikasih tempat istirahat lagi. Tidak cuma itu, bahkan di tengah malam, ketika orang-orang disekitarmu terlelap tidur, Dia hadir untuk menjadi tempat curhatmu. Kamu bisa taruh seluruh beban hidupmu di depan tempat sujudmu.
Berceritalah jujur padaNya. Ungkapkanlah seluruh beban hidup yang menggelayuti hatimu. Masalah ujian nasional, masalah dengan teman, masalah dengan pasangan, masalah dengan si bos, masalah dengan karyawan, masalah dagangan yang tidak kunjung laku, masalah dengan anak, masalah dengan orang tua, masalah rezeki, semuanya, taruhlah dulu sejenak di dalam doamu padaNya.
Ingat, beban hidup bisa jadi beratnya tetap, ya segitu-segitu saja. Tapi jika beban itu terlalu lama diangkat, maka lama-kelamaan kita akan jadi lelah juga. Taruh dan sandarkanlah sejenak beban itu. Taruh itu di sebuah sandaran yang Maha Kuat. Sandarkan itu pada Dia yang Maha Besar. Tarik nafas yang dalam. Mulailah rasakan kenikmatan hidup dariNya. Bersyukurlah. Dan ingatlah, tidak ada beban yang diturunkan Allah pada kita yang tidak bisa kita tanggung. Allah menurunkan masalah bersama dengan solusi. Yakini itu, bahwa setiap masalah insya Allah bisa kita pecahkan.
Beban Hidup dan Energi
Jika kita perhatikan, setiap kita melakukan sesuatu maka kita membutuhkan energi. Kita bergerak, kita butuh energi. Kita tertawa butuh energi. Menangispun kita butuh energi. Bahkan kegiatan yang mengumpulkan energi seperti makan saja, kita butuh energi. Pernah lihat orang diinfus? itu adalah contoh orang yang untuk mengasup energi untuk badan, ia sudah tidak ada tenaga lagi.
Selain energi fisik, juga terdapat energi mental. Kedua energi ini haruslah seiring sejalan ada ketika kita menjalani hidup kita ini. Orang yang kekurangan energi fisik, terkadang energi mental nya bisa berkurang juga. Begitu pula sebaliknya, orang yang kekurangan energi mental, terkuras pula energi fisiknya.
Dalam menggunakan energi, perlu dipastikan, energi keluar secara tepat guna. Jangan sampai energi keluar dihambur-hamburkan ke tempat yang tidak semestinya. Jika kamu ditugaskan untuk berlari sprint 100 meter, maka kamu hanya perlu menghabiskan energi untuk berlari, jangan dihabiskan untuk roll depan, atau koprol di sepanjang lintasan lari.
Gunakan energi dengan semestinya dan tepat guna. Jika dalam perumpaan energi fisik demikian, maka sama juga dengan energi mental. Jika kita tahu ada beban hidup yang ditanggung dan harus ditunaikan, janganlah kemudian kita mengambil beban-beban yang tidak perlu. Mengambil beban yang tidak perlu itu akan menguras energi mental kita sehingga terbuang tenaga untuk kesia-siaan.
Iri hati, dengki, dendam adalah contoh dari beban sampah yang tidak perlu ada untuk kita tanggung. Merasa terganggu dengan kesuksesan orang lain, merasa tidak senang jika orang lain senang, merasa susah dikala orang berhasil, itu adalah contoh beban hidup yang sebenarnya tidak pantas dijadikan beban hidup.
Kalau muncul energi negatif dalam diri kita, harus segera kita buang jauh-jauh. Kalau ada beban sampah yang tidak perlu, maka harus kita abaikan. Fokuslah pada apa yang menjadi tugas tanggung jawab kita. Fokuslah pada apa yang menjadi masalah utama kita.
Lihatlah sebuah paku, ia memiliki ujung yang tajam, ujung yang fokus, sehingga bisa menembus tembok. Sama dengan diri kita, kita harus fokuskan energi positif kita, untuk menembus beban hidup yang harus kita selesaikan.
Gunakan energi dengan tepat untuk beban hidup yang tepat pula.

No comments:

Post a Comment